Cerbung : King of Ryujin

Cerbung : King of Ryujin

Author:
Price:

Baca selengkapnya

BAB 2

Selama perjalanan kembali ke istana, Hikari tertidur sambil memeluk Ryuu. Terkadang, ia heran dengan gadis kecil ini yang masih tidur nyenyak walau dalam keadaan berguncang. Kuda yang ditunggangi sama sekali tidak melambat, ia ingin segera sampai istana agar Hikari bisa istirahat.



Sebenarnya, Ryuu sendiri merasa kasihan melihat Hikari yang sering kali kelelahan karena harus ikut bersamanya. Menunggu berperang dengan tidur di tenda sangatlah tidak nyaman. Ryuu tahu itu, tetapi ia tidak bisa meninggalkan Hikari sendiri di istana.

Banyak hal bisa terjadi selama ia tak ada.
Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam, rombongan Kaisar tiba di Kerajaan Ryujin. Seluruh rakyat di ibu kota sudah berkumpul dan berbaris rapi. Mereka bersorak memberi selamat pada kaisar dan seluruh prajurit.

Ryuu melambatkan laju kuda, ia tetap harus menjaga keseimbangan agar Hikari yang masih tidur tidak terjatuh. Ryuu hanya mengangkat kepalan tangan kanan ke atas sebagai tanda kemenangan untuk menanggapi sorak-sorai rakyatnya.

"Hikari-chan menggemaskan sekali."

"Iya, aku ingin memeluknya juga seperti yang dilakukan Kaisar."

"Jangan lancang!"

"Tetapi, Kaisar tetap memesona walau dengan pakaian yang berlumuran darah seperti itu."
Percakapan seperti itu sering terdengar di kalangan masyarakat tiap kali mereka melihat Ryuu dan Hikari. Walau dapat mendengarnya dengan baik, Ryuu mengabaikan ucapan mereka. Selama hal yang dibicarakan tidak menjelekkan Hikari, maka semua akan baik-baik saja.

Rombongan sudah sampai di istana. Akimaru membantu Ryuu menggendong Hikari sementara sang kaisar turun dari kuda. Akashi sendiri memerintahkan para prajurit untuk istirahat dan kembali ke rumah masing-masing. Prajurit istana memang mendapatkan jatah satu hari penuh untuk istirahat tiap selesai berperang.

Ryuu membawa kembali Hikari, memberi perintah pada Akashi dan Akimaru. "Kalian berdua juga pergilah beristirahat. Aku tidak melupakan hukuman untuk kalian, jadi temui aku sebelum makan malam."

"Baik, Yang Mulia Kaisar."

Akashi dan Akimaru sebenarnya berharap Ryuu melupakan hukuman untuk mereka, tetapi apalah daya. Tachibana bersaudara itu hanya bisa pasrah menerima. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan hukuman, tetapi akan berbeda jika penyebabnya adalah Hikari. Ryuu seringkali memberi hukuman yang aneh untuk mereka berdua.

***

Setelah membaringkan Hikari di ranjang, Ryuu beranjak membersihkan diri. Semua keperluan sudah disiapkan oleh dayang istana sejak pengumuman rombongan kaisar memasuki ibu kota Kerajaan Ryujin.

Ryuu memakai jubah putih polos, ia juga butuh istirahat sejenak. Ryuu membaringkan tubuh tepat di samping Hikari. Menarik kembali dalam pelukan, mengecup pucuk kepala gadis kecilnya. Ryuu memejamkan mata, tetapi pikirannya berkelana.

Sebuah kenangan sepuluh tahun lalu, saat pertama kali bertemu dengan Hikari. Bayi mungil yang menatapnya polos dengan tawa ceria, menggenggam jari telunjuknya erat. Tanpa takut melihat penampilan Ryuu yang masih mengenakan baju zirahnya usai berperang.

Ryuu seolah melihat cahaya baru yang akan menerangi kegelapan hidupnya. Selama dua puluh tahun, baru kali ini Ryuu merasa dirinya hidup. Sejak kecil ia sudah ditempa untuk menjadi penerus kaisar berikutnya. Ia harus belajar tanpa henti, tidak memiliki waktu untuk bermain bahkan kekurangan kasih sayang dari kaisar dan permaisuri sebelumnya.

Ryuu menarik kedua sudut bibirnya singkat. Ia mengelus kepala bayi mungil itu dan mengecupnya. Semua orang yang ada di sana tidak menyangka jika Ryuu bisa selembut itu.

"Aku memberinya nama, Taniguchi Hikari." Ryuu masih menatap Hikari tanpa peduli dengan pemikiran orang-orang yang ada di sana.

Mereka semua bertanya-tanya dalam hati, "Taniguchi?"

0 Reviews